Gambar Sampul Sosiologi · Bab 5 Kelompok Sosial dalam Masyarakat Multikultural
Sosiologi · Bab 5 Kelompok Sosial dalam Masyarakat Multikultural
VinaDwiLaning

24/08/2021 10:47:58

SMA 11 KTSP

Lihat Katalog Lainnya
Halaman

95

Kelompok Sosial dalam Masyarakat Multikultural

Keberadaan Indonesia sebagai ma-

syarakat multikultural menyimpan

banyak kemajemukan dan keragaman

etnik, suku, agama, tradisi, dan adat

istiadat. Karenanya, saya ingin mem-

pelajari keragaman kelompok-kelom-

pok sosial dalam masyarakat multikul-

tural Indonesia.

Saya akan menggali informasi tentang

keragaman suku bangsa Indonesia.

Saya akan menganalisis perubahan

akibat globalisasi terhadap pertum-

buhan kelompok sosial (suku, adat,

etnis, dan agama).

Saya juga akan mengamati konflik

yang terjadi akibat keanekaragaman.

Selanjutnya, saya akan berusaha

menemukan solusi tepat dalam pe-

mecahannya.

Akhirnya, saya mampu bersikap

bijaksana dalam menyikapi segala

perbedaan, karena pada dasarnya

kita tinggal di negara yang penuh

dengan keanekaragaman.

SOSIOLOGI Kelas XI

96

Inilah Indonesia. Sebagai bangsa, Indonesia memiliki banyak

keunikan. Letak geografisnya, menjadikan Indonesia terdiri atas 13.000

gugusan pulau. Setiap pulau memiliki adat, budaya, bahasa, dan

kebiasaan yang berbeda-beda. Karenanya, Indonesia dikatakan sebagai

masyarakat multikultural. Melihat kondisi tersebut, Indonesia

memiliki bermacam-macam kelompok sosial yang diwujudkan dalam

keanekaragaman suku bangsa. Lantas, bagaimanakah kelompok sosial

atau keragaman suku bangsa dalam masyarakat multikultural

Indonesia?

Sumber:

www.bali-paradise.com

Sumber:

cyberbali.com

Keragaman kelompok sosial masyarakat multikultural Indonesia.

Sumber:

www.muspe.unibo.it

Sumber:

www.astra-honda.com

Kelompok Sosial dalam Masyarakat Multikultural

97

A.

Faktor Penyebab Multikultural di

Indonesia

Merupakan suatu kenyataan yang tidak bisa ditolak bahwa negara

Indonesia terdiri atas berbagai kelompok etnis, budaya, agama, dan

lain-lain. Oleh karena itu, bangsa Indonesia disebut sebagai

masyarakat multikultural yang unik dan rumit. Tahukah kamu apa

yang menyebabkannya?

Pada dasarnya terdapat banyak faktor yang menyebabkan

masyarakat Indonesia menjadi masyarakat multikultural dan multiras.

Faktor-faktor tersebut antara lain:

1. Faktor Sejarah Indonesia

Di mata dunia, Indonesia adalah negeri yang kaya dan

subur. Segala sesuatu yang diperlukan semua bangsa

tumbuh di Indonesia. Misalnya, palawija dan rempah-

rempah. Oleh karena itu, Indonesia menjadi negeri

incaran bagi bangsa lain. Sejak tahun 1605 bangsa

Indonesia telah dikunjungi oleh bangsa-bangsa lain

yaitu Portugis, Belanda, Inggris, Cina, India, dan Arab.

Kesemua bangsa tersebut datang dengan maksud dan

tujuan masing-masing. Oleh karena itu, mereka tinggal

dan menetap dalam jangka waktu yang lama. Kondisi

ini menjadikan Indonesia memiliki struktur ras dan

budaya yang makin beragam.

2. Faktor Geografis

Apabila dilihat secara geografisnya Indonesia berada di jalur

persilangan transportasi laut yang ramai dan strategis. Karenanya

banyak bangsa-bangsa pedagang singgah ke Indonesia sekadar

untuk berdagang. Bangsa-bangsa tersebut seperti Arab, India,

Portugis, Spanyol, Inggris, Jepang, Korea, Cina, Belanda, Jerman,

dan lain-lain. Kesemua bangsa tersebut mempunyai struktur

budaya yang berbeda-beda. Persinggahan ini mengakibatkan

masuknya unsur budaya tertentu ke negara Indonesia. Hal ini

dapat dilihat dari masuknya bahasa Inggris, bahasa Belanda, agama

Islam, Nasrani, Hindu, dan Buddha.

Penyebab multi-

kultural Indonesia:

• Faktor sejarah

• Letak geografis

• Bentuk fisik

• Struktur geologi

Kelompok Sosial dalam Masyarakat Multikultural

Keragaman suku

bangsa dan budaya

Indonesia

Dampak:

• Konflik vertikal

• Konflik horizon-

tal

• Terkendalanya

pencapaian in-

tegrasi

multikultural, konflik vertikal,

konflik horizontal, keaneka-

ragaman suku bangsa

Sumber:

www.govisland.com

Gambar 5.1

Masuknya pedagang luar menyebabkan

keanekaragaman budaya di Indonesia.

SOSIOLOGI Kelas XI

98

3. Faktor Bentuk Fisik Indonesia

Apabila dilihat dari struktur geologinya, bangsa Indonesia terletak

di pertemuan tiga lempeng benua besar. Hal ini menjadikan

Indonesia berbentuk negara kepulauan yang terdiri atas ribuan

pulau. Masing-masing pulau mempunyai karakteristik fisik

sendiri-sendiri. Untuk mempertahankan hidup, masyarakat di

masing-masing pulau mempunyai cara yang berbeda-beda, sesuai

dengan kondisi fisik daerahnya. Oleh karena itu, masing-masing

pulau juga mempunyai perkembangan yang berbeda-beda pula.

Teknologi, budaya, seni, bahasa mereka pun berbeda-beda yang

akhirnya membentuk masyarakat multikultural.

4. Faktor Perbedaan Struktur Geologi

Sebagaimana telah diungkapkan di atas bahwa pada dasarya

Indonsia terletak di antara tiga pertemuan lempeng, yaitu lempeng

Asia, Australia, dan Pasifik. Kondisi ini menjadikan Indonesia

mempunyai tiga tipe struktur geologi yaitu tipe Asia dengan

struktur geologi Indonesia Barat, tipe peralihan dengan zona

geologi dengan struktur geologi Indonesia Tengah, dan tipe

Australia dengan struktur geologi Indonesia Timur. Perbedaan

inilah yang mengakibatkan adanya perbedaan ras, suku, jenis flora

dan faunanya.

Berdasar data Lemhanas,

Indonesia terdiri atas sekurang-

kurangnya 17.677 buah baik

pulau besar maupun pulau

kecil. Pulau-pulau tersebut di

antaranya Sumatra, Kali-

mantan, Papua, Sulawesi,

Jawa, Sabang, Natuna, Nias,

Simeulue, Bangka, Tanimbar,

Key, Halmahera, Balitung, B

ali,

Lombok, Sumba, Sumbawa,

Solor, Alor, Barbar, Ambon,

Buru hingga Kepulauan Aru,

dan Kepulauan Biak di ujung

Indonesia Timur.

Pada pembahasan di depan telah diungkapkan secara jelas tentang

masyarakat multikultural. Pada dasarnya pendidikan multikultural memang

sangat diperlukan untuk memberikan landasan multikulturalisme. Pendidikan

multikultural diyakini sebagai langkah awal untuk mencegah semakin

banyaknya konflik etnis yang terjadi. Oleh karena itu, tidak ada salahnya

apabila kita memperdalam wawasan dan pengetahuan kita tentang

masyarakat multikultural. Bersama kelompokmu cobalah menggali informasi

sebanyak-banyaknya tentang masyarakat multikultural. Manfaatkan artikel-

artikel di media massa atau situs-situs internet untuk mengerjakan aktivitas

ini. Berdasarkan data-data dan fakta-fakta yang ada rumuskan pengertian

masyarakat multikultural dan tentukan pula ciri-ciri masyarakat multikultural.

Tulislah hasilnya dalam bentuk laporan dan bacakan di depan kelas.

B.

Proses Terjadinya Keragaman Suku

Bangsa Indonesia

Jika dilihat berdasarkan letak geografisnya, Indonesia adalah

negara kepulauan yang terpisahkan oleh lautan luas. Kondisi ini

menjadikan setiap pulau mengembangkan budayanya sendiri-sendiri.

Akibatnya, Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang

majemuk, dihuni oleh ratusan kelompok suku serta kaya akan bahasa

dan kebudayaan daerah. Secara umum, keragaman Indonesia ditandai

oleh kemajemukan suku bangsa dan bahasa (sekitar 250 dialek), agama

(Buddha, Hindu, Islam, Katolik, Konghucu, Protestan, dan lain-lain),

Kelompok Sosial dalam Masyarakat Multikultural

99

kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa (sekitar 400 aliran), sistem

hukum (nasional, agama, adat, sistem kekerabatan), serta sistem

perkawinan (monogami dan poligami). Kesemua ini melukiskan

kekayaan Indonesia yang tidak ternilai harganya.

Keanekaragaman dan kemajemukan ini tidak lepas dari

perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Lantas, bagaimanakah

keragaman suku bangsa Indonesia terbentuk? Tentunya

proses ini tidak berjalan secara sederhana, namun melalui

proses yang panjang.

Mulanya penghuni pertama Indonesia sekitar 500.000

tahun yang lalu bernama

Pithecanthropus erectus

ditemukan di Pulau Jawa dekat Sungai Bengawan Solo.

Selanjutnya, tahun 1891 dan 1892 di Desa Trinil ditemu-

kan

Homo soloensis

. Homo soloensis dengan karakteristik

yang mirip dengan masyarakat Austromelanosoid telah

menjelajah ke barat (Sumatra) dan timur (Papua). Selama

penjelajahan tentunya mereka memengaruhinya dan

terpengaruhi oleh daerah sekitarnya.

Pada masa 3000–500 Sebelum Masehi, Indonesia telah dihuni oleh

penduduk migran submongoloid dari Asia yang di kemudian hari

menikah dengan penduduk Indigenous. Pada 1000 Sebelum Masehi

pernikahan silang masih terjadi dengan penduduk migran

Indo-Arian dari Asia Selatan, subsuku ini dari India. Alhasil,

masuknya para pendatang dari India dan menyebarkan

agama Hindu ke seluruh kepulauan.

Pada abad XIII, pedagang muslim dari Gujarat dan

Persia mulai mengunjungi Indonesia melakukan per-

dagangan. Bersamaan dengan berdagang, penduduk Gujarat

dan Arab melakukan penyebaran agama Islam ke wilayah

sekitar. Selanjutnya di tahun 1511, Portugis tiba di

Indonesia. Awalnya kedatangan Portugis bertujuan untuk

mencari rempah, namun lambat laun mereka juga me-

nyebarkan agama Kristen. Serentetan perjalanan sejarah ini

menghasilkan lebih dari lima puluh kelompok suku bangsa

di Indonesia tersebar dari Sabang sampai Merauke yang

terdiri atas suku Jawa, Sunda, Minangkabau, Bugis, Batak,

Bali, Ambon, Dayak, Sasak, Aceh, dan lain-lain.

C.

Keragaman Suku Bangsa Indonesia di

Bagian Barat, Tengah, dan Timur

Sebagai bangsa yang majemuk, bangsa Indonesia memiliki

puluhan, bahkan ratusan suku bangsa. Suku-suku bangsa tersebut

tersebar di seluruh Indonesia. Keberagaman suku bangsa menjadi

karakteristik tersendiri bagi Indonesia. Misalnya, di Kepulauan

Sumatra, Kalimantan, Nusa Tenggara, Bali, dan Jawa berbagai macam

aneka tradisi dan karya budaya tumbuh dan berkembang seperti aneka

tarian, arsitektur, rumah adat, candi, kerajinan tangan, dan jenis

makanan. Kesemua itu menjadi berbeda di setiap suku bangsanya.

Melihat realitas ini dapat dibayangkan betapa kaya dan indahnya

kebudayaan Indonesia. Nah, kali ini kita akan mengkaji lebih dalam

tentang kekayaan kultur Indonesia dari barat sampai ke timur.

Sumber:

umich.edu

Gambar 5.3

Bangsa pendatang dalam perdagangan

nasional membawa pengaruh terhadap

keanekaragaman.

Sumber:

cas.bellarmine.edu

Gambar 5.2

Ilustrasi kehidupan manusia pertama di

Indonesia.

SOSIOLOGI Kelas XI

100

Sumber:

www.liputan6.com

Gambar 5.4

Suku bangsa Mentawai.

1. Suku Bangsa Mentawai

Orang Mentawai bertempat tinggal di Kepulauan Mentawai,

yaitu di pulau-pulau Siberut, Sipora, Pagai Utara, dan Pagai

Selatan. Umumnya, mereka masih tinggal di daerah-daerah

hutan tropik. Desa-desa yang ada biasanya terletak di muara

sungai, jaraknya lima kilometer dari pantai. Mata pen-

caharian suku Mentawai adalah berkebun dengan cara

membuka sebidang tanah di hutan dengan cara memotong

belukar dan menebang pohon-pohon yang kecil. Selain

berkebun untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, orang

Mentawai juga menangkap ikan dan berburu di hutan.

Umumnya orang Mentawai telah menganut agama. Agama

yang ada adalah Kristen, Katolik, dan Islam, walaupun nilai-

nilai tradisi masih melekat dengan kuat.

2. Suku Bangsa Nias

Pulau Nias merupakan pulau terbesar di sebelah barat Sumatra. Orang

Nias mendiami Kabupaten Nias yang terdiri atas satu pulau besar

utama dan beberapa pulau kecil, seperti Pulau Hikano di Karat, Senau

dan Lafau di utara dan Pulau Batu di selatan. Bahasa yang

berkembang pada suku Nias mempunyai dua logat, yaitu

logat di Nias Utara dan Nias Selatan atau Tello. Logat yang

pertama digunakan di Nias bagian utara, timur, dan barat.

Sedangkan yang kedua digunakan di Nias bagian tengah,

selatan, dan Kepulauan Batu. Umumnya mata pencaharian

orang Nias adalah bercocok tanam dan berladang.

Sedangkan mata pencaharian tambahan adalah berburu,

menangkap ikan, beternak, dan pertukangan. Sistem religi

yang berkembang pada orang Nias sudah sangat beragam.

Menurut catatan tahun 1967, jumlah pemeluk agama di

Nias yaitu Kristen Protestan 295.244 jiwa, Islam 30.163

jiwa, Katolik 24.485 jiwa, Pelega 2.658 jiwa, dan Buddha

288 jiwa.

Sumber:

www.indonesiamedia.com

Gambar 5.5

Suku bangsa Nias.

Lompat Batu di Nias

Di Nias Selatan, para pemuda dilatih melompati dinding batu kiri dan kanan,

latihan untuk menyiapkan mereka menghadapi perang. Kini, melompati batu

digelar untuk hiburan wisatawan. Tiang batu, yang disebut hambo batu,

tempat para pemuda latihan melompat masih dapat dijumpai di banyak

desa di Nias. Apabila loncatan berhasil, satu kepala harus dikuburkan di

dalamnya. Tetapi apabila seseorang gagal dalam loncatan, salah satu

anggota dewan tua-tua, warga desa, rakyat biasa menjejakkan kakinya

pada batu tersebut (bawah kanan), untuk memohon kepada roh dari kepala

yang dikubur agar pelompat muda itu diizinkan menyelesaikan tugasnya

pada usahanya yang kedua.

Sumber:

Indonesian Heritage, halaman 17

Kelompok Sosial dalam Masyarakat Multikultural

101

3. Suku Bangsa Minangkabau

Mayoritas suku Minang bertempat tinggal di Sumatra Barat. Suku

Minang hidup dengan budaya matriarkal. Budaya matriarkal

menyentuh sendi kehidupan suku Minang, di mana garis keturunan

mereka ditentukan oleh garis keturunan ibu, yang dikenal dengan

budaya Bundo Kanduang. Namun demikian, budaya matriarkal tidak

menyentuh pada lembaga pemerintahan, karena di dalam memerintah

laki-laki masih mendominasi kekuasaan dibandingkan

kaum perempuan. Hal ini dikarenakan pengaruh agama

Islam yang kuat di kalangan suku Minang. Umumnya orang

Minang menggunakan bahasa mereka sendiri, yaitu bahasa

Minangkabau. Bahasa ini erat kaitannya dengan bahasa

Melayu. Pada dasarnya antara bahasa Melayu dengan

Minangkabau memiliki banyak kesamaan. Berbicara ten-

tang mata pencaharian hidup, sebagian besar suku Minang

hidup dengan bercocok tanam. Mereka mengusahakan

sawah di daerah yang tinggi untuk menanam sayur-

sayuran. Di daerah kurang subur, mereka menanam pisang,

ubi jalar, dan sebagainya. Sementara di daerah pesisir,

mereka hidup dari hasil kelapa dan menangkap ikan.

4. Suku Bangsa Batak

Sebagian besar suku bangsa Batak mendiami daerah pegunungan

Sumatra Utara, mulai dari perbatasan Daerah Istimewa Aceh di utara

sampai ke perbatasan Riau dan Sumatra Barat sebelah selatan. Selain

itu, orang Batak juga mendiami tanah datar yang berada di antara

daerah pegunungan pantai timur Sumatra Utara dan pantai barat

Sumatra Utara. Dengan demikian, suku Batak mendiami Dataran

Tinggi Karo, Langkat Hulu, Deli Hulu, Serdang Hulu, Simalungun,

Dairi, Toba, Humbang, Silindung, Angkola, Mandailing, dan Kabupaten

Tapanuli Tengah.

Suku bangsa Batak terdiri atas beberapa subsuku antara lain suku

Karo (mendiami di Dataran Tinggi Karo, Langkat, Hulu, Serdang Hulu,

dan Deli Hulu), suku Simalungun (mendiami di daerah Simalungun),

suku Pakpak (mendiami daerah Dairi), suku Toba (mendiami suatu

daerah induk yang meliputi daerah tepi Danau Toba, Pulau Samosir,

Dataran Tinggi Toba, daerah Asahan, Silindung, daerah

antara Barus dan Sibolga), suku Angkola (mendiami daerah

induk Angkola dan Sipirok, sebagian dari Sibolga dan

Batang Toru dan sebagian utara dari Padang Lawas),

serta

suku Mandailing (mendiami daerah induk Mandailing, Ulu,

Pakatan, dan bagian selatan dari Padang Lawas).

Dikenal beberapa logat bahasa yang berkembang di

suku Batak. Logat-logat tersebut antara lain, logat Karo yang

dipakai oleh orang Karo, logat Pakpak dipakai oleh orang

Pakpak, logat Simalungun dipakai oleh orang Simalungun,

dan logat Toba dipakai oleh orang Toba, Angkola, serta

Mandailing.

Sumber:

pascal-blonde.info

Gambar 5.6

Suku bangsa Minangkabau.

Sumber:

members.ispswest.com

Gambar 5.7

Suku bangsa Batak.

SOSIOLOGI Kelas XI

102

Sejak permulaan abad XIX Batak mengenal beberapa agama baru

yaitu agama Islam, Kristen Protestan, dan Katolik. Walaupun begitu

masih banyak kepercayaan-kepercayaan yang hidup, terutama di

antara penduduk pedesaan.

5. Suku Bangsa Jawa

Suku bangsa Jawa tinggal dan menetap di Pulau Jawa. Namun,

tidak semua wilayah di Pulau Jawa dihuni oleh suku Jawa. Di Pulau

Jawa bagian barat dihuni oleh suku Sunda dan di ujung timur dihuni

oleh suku Madura. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Jawa yang

mengenal akan tingkatan-tingkatan, yaitu bahasa Jawa Ngoko dan

Krama. Bahasa Jawa Ngoko digunakan untuk orang yang

usianya lebih muda, untuk orang yang status sosialnya

lebih rendah dan untuk orang yang sudah sangat akrab.

Bahasa Jawa Ngoko memiliki dua tingkatan lagi apabila

dilihat dari penggunaannya, yaitu Ngoko Lugu dan Ngoko

Andap. Sedang bahasa Jawa Krama dipergunakan untuk

berbicara dengan orang yang statusnya lebih tinggi dan

usianya lebih tua.

Sebagian besar suku Jawa bermata pencaharian sebagai

petani, selain itu ada pula pegawai negeri, pedagang,

nelayan, dan pertukangan. Sistem kepercayaan suku Jawa

pun sangat beragam selain lima agama resmi (Islam, Kristen

Protestan, Katolik, Buddha, dan Hindu) terdapat pula

kepercayaan lain yang berkembang.

6. Suku Bangsa Dayak

Suku bangsa Dayak sebagian besar hidup di Pulau Kalimantan.

Suku Dayak terdiri atas beberapa macam subsuku seperti Dayak Ngaju,

Dayak Punan, Dayak Maanyan, Lawangan, Katingan, dan Dayak Ot.

Dalam Dayak Ot masih terdapat sub-subsuku, yaitu Ot-Siauw,

Ot-Paridan, Ot-Danum, Ot-Olong-olong, dan sebagainya.

Suku Dayak Ngaju menempati sepanjang sungai-sungai

besar di Kalimantan Tengah seperti Kapuas, Kahayan,

Rungan-Manuhin, Barito, dan Katingan. Suku Ot-Danum

menempati sepanjang hulu sungai-sungai besar seperti

Kahayan, Rungan, Barito, dan Kapuas dan di hulu anak

Sungai Kapuas. Sedangkan bangsa Maanyan tersebar di

berbagai bagian Kabupaten Barito Selatan, yaitu di tepi

timur Sungai Barito. Umumnya sebagian besar masyarakat

Dayak menggunakan bahasa yang disebut keluarga bahasa

Barito. Selain itu, sebagian besar masyarakat suku Dayak

bermata pencaharian berladang dan berburu.

Dalam masyarakat suku Dayak berkembang empat

kepercayaan atau religi, yaitu agama Islam, pribumi,

Katolik, dan Kristen Protestan. Agama pribumi sering

disebut dengan Kaharingan. Kaharingan memercayai bahwa

alam sekitarnya penuh dengan makhluk halus atau roh-

roh yang biasanya menempati tiang rumah, batu besar,

pohon besar, hutan belukar, air, dan sebagainya.

Sumber:

www.ethnomusicscape.de

Gambar 5.8

Suku bangsa Jawa.

Sumber:

www.indonesianembassy.org.uk

Gambar 5.9

Suku bangsa Dayak.

Kelompok Sosial dalam Masyarakat Multikultural

103

7. Suku Bangsa Minahasa

Suku bangsa Minahasa sebagian besar mendiami Sulawesi Utara.

Sebelah utara Minahasa adalah orang Sangir-Talaud, sedangkan di

sebelah selatan orang Bolaang-Mongondow. Oleh karena letak

geografisnya yang luas, maka dalam suku Minahasa berkembang cukup

banyak dialek atau bahasa yang digunakan. Dialek-dialek tersebut

antara lain:

a. Tonsea dengan dialek Tonsea yang mendiami daerah sekitar bagian

timur laut.

b. Tombalu dengan dialek Tombalu yang mendiami daerah sekitar

barat laut Danau Tondano.

c. Tontemboan dengan dialek Tontemboan yang mendiami daerah

sekitar barat daya dan selatan Danau Tondano atau bagian barat

daya daerah Minahasa.

d. Toulour dengan dialek Toulour yang mendiami daerah bagian

timur dan pesisir Danau Tondano.

e. Tonsawang atau Tonsini dengan dialek Tonsawang yang mendiami

daerah bagian tengah Minahasa Selatan atau daerah Tombatu.

f.

Ratahan

g. Ponosakan, orang Ratahan, dan Ponosakan mendiami daerah

bagian tenggara Minahasa.

h. Batik, bahasa Ratasan dan Batik berbeda dengan dialek-dialek

Minahasa, tetapi memiliki banyak unsur yang sama dengan bahasa

Sangir.

Sebagian besar masyarakat suku Minahasa bermata pencaharian

sebagai petani ladang dan nelayan. Selain itu, ada pula yang menjadi

seorang pengrajin tikar, aneka wadah yang terbuat dari kaukur, silar,

kulit, dan isi dari sejenis bambu yang tipis. Sementara itu, 90% suku

Minahasa memeluk agama Kristen dan Katolik. Sedangkan sisanya

7% adalah pemeluk agama Islam dan 3% penganut Buddha. Agama

pribumi sendiri sudah tidak banyak dianut oleh masyarakat.

8. Suku Bangsa Bugis-Makassar

Provinsi Sulawesi Selatan dihuni empat suku bangsa besar, yaitu

Bugis, Toraja, Makassar, dan Mandar. Suku Bugis mendiami Kabupaten

Bulukumba, Sinjai, Bone, Soppeng, Wajo, Didenreng-Rappang,

Pinreng, Polewali-Mamasa, Enrekeng, Luwu, Pare-Pare, Barru,

Pangkajemen Kepulauan, dan Maros.

Sedang orang Makassar mendiami kabupaten-kabupaten Gowa,

Takalar, Jenepoto, Bantaeng, Maros, Pangkajene. Daerah peralihan

Bugis-Makassar yaitu penduduk Kepulauan Selayar. Umumnya orang

Bugis menggunakan bahasa Ugi dan orang Makassar menggunakan

bahasa Mangasara.

Keberadaan suku Bugis-Makassar di Indonesia terkenal sebagai

pelaut yang tangguh. Perahu-perahu mereka yang bertipe Pinisi dan

Lamb telah mengarungi Nusantara sampai ke Sri Lanka dan Filipina.

Selain itu, suku Bugis-Makassar mampu mengembangkan teknik dan

sistem pelayaran. Bahkan, telah memiliki hukum hingga dalam

Sumber:

www.mir.com

Gambar 5.10

Orang yang berasal dari

suku Minahasa.

Sumber:

www.sabah.org.my

Gambar 5.11

Laki-laki dan perempuan

yang berasal dari Bugis

Makassar.

SOSIOLOGI Kelas XI

104

Sumber:

www.mynetcologne.de

Gambar 5.12

Suku bangsa Flores.

pelayaran yang dinamakan

Ade’ Allopoloping Bicaranna

Pabbalu’e.

Sebagian masyarakat Bugis dan Makassar masih menganut sistem adat

yang sakral.

9. Suku Bangsa Flores

Suku Flores mendiami kelompok kepulauan yang

terdiri atas Pulau Komodo, Rinca, Ende, Solor, Adonarai,

Lomblem, dan lain-lain. Suku bangsa Flores terdiri atas

sub-subsuku antara lain Manggarai, Orang Riuna, Orang

Ngada, Orang Nage-keo, Orang Ende, Orang Lio, Orang

Sikka, dan Orang Larantuka.

Umumnya suku Flores bermata pencaharian sebagai

petani ladang. Kaum laki-laki bekerja sama membuka

hutan, memotong, dan membersihkan belukar, membakar

daun-daunan, batang-batang, dan cabang-cabang yang telah

ditebang. Sebagian besar suku Manggarai adalah penganut agama

Katolik. Namun, ada juga yang beragama Kristen Protestan. Selain

itu, kepercayaan terhadap roh nenek moyang pun masih tumbuh dan

berkembang.

Tabel Suku Bangsa di Indonesia

Suku Abung

Suku Er

opa-Indonesia

Suku or

ang laut

Suku Aceh

Suku Papua/Irian

Suku Palempang

Suku Alas Kluet

Suku Flores

Suku Pasemah

Suku Alor

Suku Pamona

Suku Pesisi

Suku Ambon

Suku Gayo

Suku Rohe

Suku Ampana

Suku Gorontalo

Suku Rohe

Suku Anak Dalam

Suku Rawa

Suku Rohe

Suku Aneuk Jamee

Suku Rejang

Suku Sasak

Suku Arab-Indonesia

Suku India-Indonesia

Suku Sekak Bangku

Suku Aru

Suku Jawa

Suku Sekayu

Suku Bali

Suku Jambi

Suku Semeodo

Suku Baduy

Suku Kaur

Suku Sumbawa

Suku Bajau

Suku Kayu Agung

Suku Samba

Suku Bakumpai

Suku Kerinci

Suku Sunda

Suku Bangka

Suku Komering

Suku Talaud

Suku Banjar

Suku Konjo Pegunungan

Suku Talang Mamak

Suku Batak

Suku Konjo Pesisir

Suku Tenggarong Kutai

Suku Batin

Suku Kubu

Suku Ternate

Suku Bawean

Suku Kutai

Suku Tidore

Suku Belitung

Suku Kluet

Suku Timor

Suku Bentong

Suku Krui

Suku Tionghoa-Indonesia

Suku Berau

Suku Lampung

Suku Tojo

Suku Betawi

Suku Lematang

Suku Toraja

Suku Bima

Suku Lembak

Suku Tomini

Suku Boti

Suku Lintang

Suku

Una-Una

Suku Bolang Mongondow Suku Lom

Suku Walio

Suku Bugis

Suku Lore

Suku Duri

Suku Buku

Suku Lubu

Suku Donggo

Suku Buol

Suku Madura

Suku Dompu

Suku Buton

Suku Makassar

Suku Dohoi

Suku Damal

Suku Mamasa (Toraja Barat) Suku Nias

Suku Dameles

Suku M

andailing

Suku Muko-Muko

Suku Dani

Suku Mandar

Suku Mori

Suku Dayak

Suku Melayu

Suku Minang

Suku Mentawai

Suku Minahasa

Sumber:

id.wikipedia.org

Kelompok Sosial dalam Masyarakat Multikultural

105

D.

Dampak Perubahan bagi Kelompok-

Kelompok Sosial di Indonesia

Seiring dengan derasnya arus globalisasi tentunya membawa

pengaruh tersendiri bagi bangsa Indonesia. Perubahan demi per-

ubahan terjadi begitu cepat. Perubahan di bidang pertanian, kesehatan,

politik, sosial, bahkan cara pandang dan gaya hidup masyarakat

mampu menggeser nilai-nilai yang ada. Sebagaimana bangsa yang

memiliki kemajemukan tentunya perubahan ini membawa dampak

yang luar baisa, yaitu mampu memunculkan konflik vertikal, hori-

zontal, terkendalanya pencapaian integrasi, dan sulitnya terselenggara

keadilan. Untuk lebih jelasnya simak dan perhatikan materi di bawah

ini.

1. Munculnya Konflik Vertikal

Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa konflik vertikal adalah

konflik yang terjadi antara masyarakat yang satu dengan masyarakat

yang lainnya dalam suatu struktur pemerintahan. Sebagai

contohnya, ketika pemerintah mengeluarkan kebijakan

akan kenaikan BBM (bahan bakar minyak), saat itu muncul

konflik vertikal antara pemerintah dan rakyat di berbagai

wilayah. Contoh lain manakala muncul Undang-Undang

No. 22 dan 25 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah. Konflik

tersebut terjadi antara pemerintah daerah dengan

pemerintah pusat. Dalam hal ini setiap daerah berhak

mengelola apa yang ada di dalam wilayahnya sendiri.

Padahal setiap wilayah mempunyai keterikatan kebutuhan

satu sama lain. Adanya undang-undang otonomi daerah

menjadikan wilayah atau daerah yang kurang berpotensi

menjadi semakin terbatas.

Pada deskripsi di depan telah dijelaskan beberapa suku bangsa yang ada

di Indonesia. Sebagaimana negara Kepulauan Indonesia memiliki puluhan,

bahkan ratusan suku bangsa tumbuh dan hidup di bangsa ini. Untuk

menambah wawasan akan keragaman suku bangsa Indonesia, cobalah

selesaikan dua tugas berikut.

a. Bersama kelompokmu buatlah sebuah tulisan tentang keanekaragaman

suku bangsa di Indonesia dari barat sampai ke timur. Manfaatkan buku-

buku perpustakaan atau artikel-artikel di media massa dan internet

untuk memudahkanmu dalam penulisannya.

b. Bermodalkan tulisanmu, adakan diskusi interaktif kelas. Caranya

bacakan hasil tulisanmu di depan kelas. Ajak kelompok lain untuk

menanggapinya baik berupa sanggahan, pertanyaan, ataupun berupa

saran. Dengan begitu kita akan menjadi semakin memahami dan

mengerti keanekaragaman suku di Indonesia. Setiap kelompok

menuliskan hasil diskusi dalam selembar kertas, selanjutnya

kumpulkan kepada guru sebagai bahan penilaian atas prestasimu.

Sumber:

img.photobucket.com

Gambar 5.13

Aksi demo menolak kebijakan wujud

konflik horizontal.

SOSIOLOGI Kelas XI

106

2. Munculnya Konflik Horizontal

Pada hakikatnya konflik horizontal adalah konflik sosial antarpihak

yang setara kedudukannya. Contoh konflik antaragama, antargolongan,

konflik antarras, dan antarsuku. Akhir-akhir ini konflik horizontal

sering kali terjadi di Indonesia. Poso, Aceh, Maluku, Papua,

adalah saksi hidup dari sebuah konflik horizontal.

Umumnya konflik horizontal bersumber pada perbedaan

struktur budaya dan tata nilai yang berkembang menimbul-

kan kesenjangan yang akhirnya menjadi perbedaan

kepentingan. Perubahan yang terjadi di satu wilayah tanpa

dibarengi perubahan wilayah lain sangat mungkin

memunculkan sebuah konflik horizontal. Untuk itulah

diperlukan berbagai upaya guna mencegah konflik

antarsuku seperti menumbuhkan sikap menghargai setiap

perbedaan yang ada, membentuk forum komunikasi lintas

suku, menumbuhkan sikap toleransi antarsuku, menum-

buhkan rasa bangga terhadap bangsa Indonesia.

3. Terkendalanya Pencapaian Integrasi

Umumnya semua bangsa merindukan integrasi sosial. Terlebih

bangsa Indonesia sebagai bangsa majemuk yang memiliki perbedaan

ras, suku, agama, dan golongan. Integrasi sosial menjadi tujuan utama

dalam mencapai kedamaian bangsa. Lantas, apa itu proses integrasi

sosial?

Proses integrasi sosial merupakan proses penyesuaian di antara

unsur-unsur sosial yang berbeda-beda sehingga membentuk suatu

kesatuan masyarakat yang serasi. Kebinekaan yang dimiliki Indonesia

menjadi penyebab utama sulitnya pencapaian integrasi. Terlebih

adanya perubahan-perubahan di bidang ekonomi, politik, sosial,

budaya menjadikan integrasi sosial seolah sebuah impian yang sulit

untuk dicapai. Konflik demi konflik sering kali terjadi ketika

Indonesia memulai suatu babakan baru dengan membuat perubahan

demi kemajuan bangsa. Hal ini tampak dari penyusunan undang-

undang pemilu, undang-undang sisdiknas, tentang kerja sama dengan

IMF, juga tentang kebijakan mengenai berbagai upaya penyelenggaraan

negara.

Adanya latar belakang yang berbeda (ras, etnis, agama, suku, dan

lain-lain) sering kali menyebabkan pencapaian suatu kebijakan

menjadi terhalang. Elite politik dalam sistem pemerintahan mulai

berjalan atas nama kepentingan masing-masing bahkan di antara

mereka mulai bersifat nonkomplementer, yaitu tidak senang men-

dukung dan melengkapi dalam suatu kesatuan setiap mereka

menganggap orang lain sebagai musuh yang harus dijatuhkan. Situasi

ini mendorong munculnya konflik yang akhirnya menjadikan proses

integrasi sosial sulit terwujud.

Kebhinnekaan yang dimiliki

Indonesia menjadi penyebab

utama sulitnya pencapaian

integrasi. Mengapa demiki-

an?

Sumber:

www.kompas.com

Gambar 5.14

Pertikaian antaretnis wujud konflik hori-

zontal.

Kelompok Sosial dalam Masyarakat Multikultural

107

Di tengah derasnya arus globalisasi, tidak dapat dimungkiri setiap negara

mengalami perubahan di segala bidang kehidupan. Perubahan-perubahan

yang terjadi membawa dampak baik positif maupun negatif. Dalam

masyarakat majemuk konsekuensi perubahan sosial, ekonomi, politik,

bahkan budaya dialami pula oleh setiap kelompok sosial (suku, adat, etnis,

agama) yang ada. Nah, sekarang cobalah kaji dan analisis konsekuensi

dari setiap perubahan terhadap kelompok sosial (suku, adat, etnis, dan

agama) yang ada di Indonesia. Manfaatkan buku-buku referensi, artikel-

artikel di media massa atau internet untuk menyelesaikan ini. Dengan data-

data dan pengetahuan yang kalian dapatkan buatlah kajian tentang dampak

perubahan terhadap masyarakat majemuk Indonesia. Tulislah hasilnya dalam

bentuk portofolio dan presentasikan di depan kelas.

E.

Upaya Pencegahan Munculnya

Masalah Keragaman Suku Bangsa

Keragaman suku bangsa merupakan sesuatu yang berharga dan

mempunyai nilai tambah di mata dunia. Hal inilah yang menjadi dasar

pijakan dalam mengatasi dan menyelesaikan permasalahan yang

muncul sebagai akibat keanekaragaman. Oleh karena itu, beberapa

macam upaya dan tindakan-tindakan dilakukan untuk mencegah

munculnya masalah keragaman suku bangsa. Upaya-upaya tersebut

antara lain:

1. Melakukan Penyatuan Ras, Suku, dan Agama

Dalam proses

integration

atau pembauran setiap ras, suku, dan agama

menyatu menjadi satu keseluruhan yang tidak dapat dibedakan.

Pembauran ras, suku, dan agama dapat berlangsung manakala terjadi

hubungan yang semakin efektif di antara mereka. Apabila

melihat kondisi Indonesia yang penuh keanekaragaman,

proses ini sangat diperlukan. Namun, perlu diketahui

bersama bahwa dalam pembauran diperlukan sikap

kearifan, yaitu tidak memandang perbedaan yang ada,

mengutamakan keutuhan bangsa di atas kepentingan

kelompok serta memberi kesempatan adanya penyatuan

dengan perkawinan multiras, multisuku, dan multiagama

yang sesuai dengan hak asasi manusia. Melalui proses ini

perbedaan-perbedaan yang ada dapat bersatu dalam satu

kesatuan yang damai. Namun, tidak dapat dimungkiri

pencapaian proses ini diperlukan suatu perjuangan yang

keras yang mendatangkan sikap pro dan kontra dari

masyarakat. Akan tetapi, jika semuanya dilandasi sikap

cinta damai, maka dapat dipastikan proses penyatuan

mudah dan dapat terjadi.

Sumber:

www.interfidei.or.id

Gambar 5.15

Penyatuan dari segala suku sebagai

upaya mencegah masalah keaneka-

ragaman.

SOSIOLOGI Kelas XI

108

Makna Hidup Beragam

Agama itu menyangkut soal keyakinan, yang di dalamnya mengandung

makna dan sekaligus sebagai faktor yang membuat manusia memiliki

kekuatan dalam mengemban tugas kemanusiaannya. Ia mengungkapkan

beberapa faktor yang harus ditanamkan tentang makna hidup beragama.

Pertama, faktor motivasi yang mendorong dan melandasi cita-cita dan

amal perbuatan manusia dalam seluruh aspek kehidupannya. Kedua, faktor

kreatif yang mendorong dan memperkuat manusia, bukan hanya untuk

melakukan kerja produktif saja, melainkan juga karya kreatif dan inovatif.

Ketiga, faktor sublimatif yang menguduskan segala kegiatan manusia,

bukannya yang kreatif keagamaan saja, melainkan juga yang bersifat

keduniaan. Keempat, faktor integratif yang mendukung segenap aktivitas

manusia, baik sebagai individu maupun anggota masyarakat dalam berbagai

bidang kehidupan (menyatunya nilai-nilai dasar keimanan dan kemanusiaan).

Sumber:

www.komaps.com

2. Menumbuhkan Sikap Nasionalisme

Kesulitan hidup dan semakin rendahnya rasa nasionalisme di

kalangan orang Indonesia, jelas mampu menumbuhkan dan

memunculkan permasalahan yang semakin rumit. Oleh karena itu,

sikap nasionalisme perlu ditumbuhkan. Pada dasarnya nasionalisme

merupakan fondasi untuk terciptanya suatu bangsa yang berdaulat

baik ke dalam maupun ke luar sekaligus jaminan hidup suatu bangsa

di mata dunia. Dengan sikap nasionalisme maka hambatan Indonesia

untuk bersatu semakin menipis. Paham Barat yang dapat memicu

munculnya konflik sosial ditangkis dengan rasa nasionalisme. Selain

itu, rasa cinta tanah air yang ditumbuhkan melalui nasionalisme men-

jadikan seseorang tidak rela apabila tanah airnya terkoyak oleh adanya

konflik, sehingga ia akan menjaga kesatuan yang ada dengan meng-

hormati dan menghargai keanekaragaman.

3. Mengembangkan Sikap Toleransi

Dalam mencegah permasalahan akibat keanekaragaman,

sikap toleransi antarperbedaan yang ada sangat diperlukan.

Lantas, apa yang dimaksud dengan toleransi? Toleransi itu

berasal dari kata

tolerare

yang berarti menahan diri,

bersikap sabar, dan membiarkan orang berpendapat lain.

Bisa juga berarti berlapang dada terhadap orang-orang yang

berlainan aliran. Orang yang toleran adalah orang yang

bersikap menghargai pendirian, kepercayaan, atau perilaku

yang berbeda bahkan bertentangan dengan pendiriannya

sendiri. Yang menjadi dasar sikap ini adalah perwujudan

dan penghargaan hak asasi dari manusia yang lain.

Nasionalisme merupakan

fondasi untuk terciptanya

suatu bangsa. Lantas, bagai-

mana cara yang efektif

untuk menanamkan rasa

tersebut pada diri individu?

Sumber:

www.gusdur.net

Gambar 5.16

Toleransi antarberagama dapat dibentuk

melalui seminar bersama.

Kelompok Sosial dalam Masyarakat Multikultural

109

Sikap toleransi itu merupakan kunci dalam kehidupan masyarakat

yang multikultur. Mengapa? Masing-masing warga masyarakat tentu

mempunyai perilaku dan latar belakang sosial budaya yang beragam.

Apa jadinya apabila kita tidak toleran dengan keragaman itu? Itu baru

menyangkut sebuah masyarakat, belum menyangkut kehidupan

berbangsa kita yang multietnis, multiras, dan multikultural. Kita tidak

bisa membayangkan apa yang akan terjadi, seandainya sikap ini tidak

kita temukan dalam diri warga suku bangsa-suku bangsa di Indonesia.

4.

Membuka Forum Komunikasi Lintas Suku,

Ras, dan Agama

Forum komunikasi lintas suku, ras, dan agama dalam masyarakat

multkultural seperti bangsa Indonesia sangat diperlukan sebagai

sarana pembentukan hubungan. Forum-forum komunikasi ini bersifat

universal seperti OSIS, karang taruna, KNPI, sekolah-sekolah umum,

serta organisasi-organisasi yang lain. Dalam forum seperti ini segala

orang dari berbagai suku, adat, etnis, ras, dan agama dipersatukan

serta menjalin hubungan erat. Oleh karena itu, perbedaan-perbedaan

yang ada dalam masyarakat dapat diminimalisasi. Dengan begitu, per-

masalahan akibat keragaman dapat dicegah sedini mungkin.

Pada deskripsi di depan telah diuraikan secara jelas tentang peristiwa

yang terjadi akibat keanekaragaman dan upaya pencegahannya. Kasus-

kasus yang diungkapkan di depan merupakan bukti nyata betapa

keanekaragaman yang dimiliki Indonesia berpotensi besar memunculkan

konflik sosial. Padahal konflik Poso dan konflik di Kalimantan Barat bukanlah

satu-satunya konflik yang terjadi. Masih banyak konflik etnis muncul di

berbagai wilayah yang menimbulkan trauma mendalam bagi warganya seperti

konflik di Papua, Kupang, Aceh, dan lain-lain. Nah, sekarang cobalah analisis

serta kaji satu contoh peristiwa akibat keanekaragaman yang dimiliki

Indonesia dengan melakukan aktivitas di bawah ini.

a. Carilah satu contoh peristiwa atau kasus akibat keanekaragaman

Indonesia dengan memanfaatkan berita-berita di media massa atau

internet.

b. Kaji dan analisislah kasus di atas. Ungkapkan apa yang menjadi

penyebabnya serta temukan hubungan antara peristiwa tersebut

dengan keanekaragaman yang ada.

c. Berdasarkan kasus di atas, cobalah untuk berpikir kritis dalam

menyikapi peristiwa tersebut dengan menentukan gagasan dan cara

tepat menyelesaikan dan menangani kasus tersebut.

Tulislah hasil dari semua aktivitas ini dalam bentuk tulisan yang menarik.

Selanjutnya presentasikan di depan kelas.

SOSIOLOGI Kelas XI

110

Keberadaan Indonesia sebagai suatu bangsa menyimpan banyak

keanekaragaman, seperti keanekaragaman etnis, suku, agama, bahasa,

tradisi, dan adat istiadat yang membentuk kelompok-kelompok sosial. Selain

sebagai sesuatu yang berharga keanekaragaman yang ada mampu

menimbulkan konflik apabila perbedaan dipandang sebagai sesuatu yang

harus dipersamakan, jiwa nasionalisme perlu ditumbuhkan, dan toleransi

antarperbedaan diperkuat.

Untuk memahami lebih lanjut materi ini, salin dan lengkapilah beberapa

pengertian di bawah ini ke dalam buku catatanmu dengan menggunakan

beragam sumber pustaka.

1. Faktor penyebab multikultural di Indonesia:

a. Faktor sejarah Indonesia.

b. Faktor geografis.

c. . . . .

d. . . . .

2. Dampak perubahan dalam masyarakat yang beragam:

a. Munculnya konflik vertikal.

b. Munculnya konflik horizontal.

c. . . . .

3. Upaya pencegahan munculnya masalah keragaman suku bangsa.

a. Melakukan penyatuan ras, suku, dan agama.

b. Menumbuhkan sikap nasionalisme.

c. . . . .

d. . . . .

A.

Jawablah pertanyaan dengan tepat!

1. Jelaskan mengapa bangsa Indonesia dikatakan sebagai

masyarakat multikultural yang rumit dan unik!

2. Jelaskan penyebab masyarakat majemuk di Indonesia!

3. Jelaskan secara singkat asal usul munculnya keanekaragaman

suku bangsa Indonesia!

4. Jelaskan secara singkat kehidupan suku bangsa Nias!

5. Apa keistimewaan dari suku bangsa Bugis-Makassar?

6. Jelaskan bilamana konflik horizontal dapat terjadi!

7. Jelaskan hubungan antara perubahan dengan proses integrasi

bangsa!

8. Jelaskan mengapa toleransi merupakan kunci dalam

kehidupan masyarakat yang multikultural!

9. Dapatkah perkawinan multiras dijadikan sebagai salah satu

cara untuk mencegah permasalahan akibat keanekaragaman?

10. Jelaskan kendala-kendala yang dihadapi Indonesia dalam

mencapai integrasi!

Kelompok Sosial dalam Masyarakat Multikultural

111

B.

Belajar dari masalah.

Tantangan Globalisasi dalam Masyarakat Indonesia

Sejak awal tahun 1980-an, kebudayaan dan masyarakat majemuk

Indonesia menghadapi tantangan baru. Kemajuan dalam teknologi

informasi dan komunikasi telah mengakibatkan perubahan

kehidupan bermasyarakat berlangsung dengan cepat. Serbuan

kapitalis global melalui berbagai media elektronik dan cetak telah

membuat sebagian bangsa Indonesia ’terjajah’ dan larut menerima

paham materialisme atau paham serbamateri. Informasi yang

mendorong masyarakat menjadi konsumtif sedemikian banyaknya

sehingga berkelebihan, mengakibatkan sebagian masyarakat

Indonesia telah ”salah pilih”. Hidup kita tidak dapat diper-

tanggungjawabkan secara moral dan agama. Hal ini terbukti uang

telah menjadi ”panglima” di negeri ini. Lebih 90% orang Indonesia

mengaku beragama, tetapi Indonesia merupakan bangsa yang

tingkat korupsinya berada di deretan atas, yang pasti masuk dalam

”top ten” dan jauh tertinggal dibandingkan negara yang 100%

sekuler seperti Singapura misalnya. Bahkan perebutan sumber

daya dan ujung-ujungnya masalah pembagian harta antara

pemerintah pusat dan daerah, beberapa daerah yang kaya akan

sumber alam seperti Provinsi Daerah Istimewa Aceh (NAD), dan

Irian Jaya (Papua) yang dirasakan tidak adil, telah mendorong

masyarakat setempat bergejolak dan menghendaki pisah serta

ingin merdeka. Konflik kekerasan antara etnis Dayak dan migran

Madura di Kalimantan. Kejahatan meningkat, kerusakan

lingkungan yang meluas, masalah penderitaan yang berkepanjang-

an di berbagai pelosok tanah air, seperti di Ambon, Poso, Papua,

Aceh, dan lain-lain. Kehilangan kepercayaan diri sebagai bangsa

telah pula memunculkan perilaku anarkis, dan budaya kekerasan

pada sebagian kelompok masyarakat kita.

Sumber:

http://www.icrp-online.org/

Melalui wacana di atas terlihat bagaimana arus globalisasi

membawa perubahan dan menimbulkan konflik pada masyarakat

majemuk Indonesia. Nah, sekarang kaji dan analisislah wacana

di atas dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut.

1. Setujukah kamu dengan isi wacana tersebut?

2. Berdasarkan wacana di atas, dapatkah perubahan sosial

dianggap sebagai penyebab munculnya konflik dalam

keragaman suku bangsa?

3. Temukan solusi tepat dalam mengatasi masalah tersebut!

SOSIOLOGI Kelas XI

112

Keragaman suku bangsa merupakan kekuatan bangsa Indonesia. Namun,

keragaman ini mampu pula menjadi sebuah kelemahan yang menghancurkan

bangsa Indonesia sendiri. Kedua hal ini bagaikan sebuah pilihan yang harus

kita pilih. Jika kita melihat perbedaan yang ada merupakan sesuatu yang

harus dipersamakan, maka kehancuran bangsalah yang kita pilih. Apabila

kita memilih bersikap toleran dan terbuka terhadap segala perbedaan, maka

perdamaian bangsa di tengah keanekaragaman akan terbentuk. Nah,

sekarang tinggal bagaimana kita menentukan pilihan bagi bangsa. Konflik

antaretnis yang sering terjadi akhir-akhir ini, apakah bukti bahwa kita telah

salah memilih? Melalui pembelajaran ini wawasan kita semakin dibukakan

tentang pentingnya memelihara persatuan dalam keanekaragaman

masyarakat multikultural serta mampu menumbuhkan multikulturalisme

yaitu perbedaan dalam kesederajatan.

Latihan Ulangan Kenaikan Kelas

113

A.

Pilihlah jawaban yang tepat!

1.

Perbedaan Ras

Kemajemukan di Indonesia antara lain

juga berdasarkan pada perbedaan ras

yang ditandai dengan . . . .

a. bahasa

b. budaya

c. agama

d. ciri-ciri fisik/biologis

e. adat istiadat

2. Perhatikan pernyataan berikut!

1) Merupakan kesatuan berdasarkan

warna kulit.

2) Memiliki kesamaan ciri-ciri ke-

budayaan.

3) Memiliki golongan darah yang sama.

4) Ukuran dan bentuk tubuhnya sama.

5) Berasal dari berbagai daerah asal.

Dari pernyataan di atas yang mem-

bedakan ras dengan suku bangsa adalah

nomor . . . .

a. 1) dan 2)

d. 3) dan 4)

b. 2) dan 3)

e. 4) dan 5)

c. 2) dan 4)

3. Hasil penelitian menggolong-golongkan

keadaan masyarakat menjadi golongan

pedagang, sopir, montir, manajer, dan

pengusaha. Penggolongan tersebut

didasarkan atas . . . .

a. pekerjaan

b. penghasilan

c. kekayaan

d. kedudukan

e. peranan

4. Kelompok berikut yang merupakan

diferensiasi sosial horizontal dengan

kriteria komunitas adalah . . . .

a. remaja dan orang tua

b. orang kaya dan orang miskin

c. orang kota dan orang desa

d. pengusaha dan buruh

e. wartawan dan pengacara

5. Yang menjadi dasar stratifikasi sosial

pada masyarakat agraris adalah . . . .

a. menonjolnya kekuasaan

b. pemilihan kekayaan

c. hak atas pemilikan tanah

d. sistem ekonomi pertanian

e. kekuasaan keluarga

6. Adanya penghargaan terhadap sesuatu

yang dianggap bernilai lebih dalam

masyarakat, merupakan sebab terjadinya

. . . .

a. diferensiasi sosial

b. realita sosial

c. gerakan sosial

d. interaksi sosial

e. stratifikasi sosial

7. Perhatikan gambar di bawah ini!

Gambar tersebut menunjukkan stratifi-

kasi sosial yang bersifat . . . .

a. dinamis

d.

terbuka

b. eksklusif

e. tertutup

c. inklusif

8.

D

alam masyarakat industri

,

kedudukan

sosial indi

v

idu maupun kelompok akan

ditentukan oleh faktor profesi.

Hal ini menunjukkan bahwa yang

menjadi dasar pembentukan pelapisan

sosial adalah . . . .

a. kekuasaan

d. mutu pribadi

b. kekayaan

e.

pendidikan

c. kehormatan

9. Pada umumnya, konflik bermula pada

. . . .

a. persamaan

d. keteraturan

b. perbedaan

e. persaingan

c. keselarasan

SOSIOLOGI Kelas XI

114

10. Dalam usaha menjaga kesatuan dan

persatuan Indonesia, separatisme dan

ekstremisme harus diwaspadai agar

tidak mengakibatkan timbulnya . . . .

a. perbedaan pendapat

b. perbedaan sosial

c. disintegrasi nasional

d. persaingan sosial

e. perubahan sosial

11. Di dalam masyarakat selalu terjadi

konflik, baik dalam masyarakat seder-

hana maupun dalam masyarakat modern.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan

bahwa konflik merupakan . . . .

a. gejala sosial

b. suatu kejahatan

c. masalah sosial

d. dinamika sosial

e. disintegrasi sosial

12.

Karena pinangan dari keluarga

P

ak

A

rman

ditolak pihak keluarga

P

ak

A

nton

,

dua

keluarga tersebut terlibat perang dingin.

B

ila

ada salah satu anggota dari keluarga ter-

sebut bertemu mereka saling diam

,

namun

di belakang mereka saling mengumbar

benci.

Kejadian ini termasuk konflik . . . .

a. keluarga

d. kepentingan

b. pribadi

e. perjodohan

c. rumah tangga

13.

S

ekelompok masyarakat berun

j

uk rasa

kepada kepala desa.

S

ebab saat ber-

kampanye

,

kepala desa terpilih ber

j

an

j

i

akan membuatkan sarana sanitasi pada

keluarga-keluarga miskin.

S

etelah tiga

tahun kepala desa men

j

abat

,

j

an

j

i itu tidak

dilaksanakan.

S

ebaliknya kepala desa

sangat ra

j

in mengingatkan warga untuk taat

membayar pa

j

ak

,

itu pun dipatuhi oleh

warga. Namun

,

dalam satu hal mengenai

sanitasi tersebut agaknya warga hilang

kesabaran.

Jika dilihat lebih dalam, konflik tersebut

terjadi karena . . . .

a. masyarakat tidak mendapat imbalan

yang sebanding berupa sarana sanitasi

b. masyarakat hilang kesabaran

c. sarana sanitasi sangat penting

d. masyarakat menagih janji

e. masyarakat biasanya diingatkan,

sekarang ganti masyarakat yang

mengingatkan

14. Pertikaian antarwarga dapat diakomo-

dasikan setelah dibuat kesepakatan

bersama untuk tidak saling menyerang,

sehingga situasi yang kacau menjadi

tenang. Dari contoh tersebut dapat di-

simpulkan bahwa norma (kesepakatan

bersama) memiliki fungsi . . . .

a. mempersatukan warga

b. mewujudkan keteraturan sosial

c. menghambat persaingan

d. memperkuat kesetiakawanan

e. mewujudkan integrasi sosial

15.

S

eorang pengungsi korban konflik etnis

,

tampak sangat pendiam.

S

aat ia angkat

suara

,

ia berteriak-teriak menyebut anak-

nya yang mati

,

hartanya yang ludes

,

dan

masa depannya yang suram.

I

a

j

uga me-

nyebut ada segerombolan orang tengah

datang ke kamp pengungsian untuk

menyerang

,

lalu seperti ketakutan dan

menyembunyikan diri di bawah tikar di

kamp pengungsian.

M

enurut pengungsi

lain

,

dahulu ia seorang yang ramah

,

periang

,

bahkan humoris.

Hal ini menunjukkan . . . .

a. konflik sangat menakutkan

b. ketakutan pengungsi terhadap

ancaman yang tiba-tiba

c. konflik dapat mengubah kepribadian

mereka yang menjadi korban

d. konflik menyebabkan korban jiwa

dan harta

e. keprihatinan korban konflik

16. Perpindahan jenis dan tingkat status

secara dinamis terjadi pada lingkungan

. . . .

a. dosen dengan mahasiswa

b. petani dalam masyarakat pertanian

c. jabatan pada struktur organisasi

d. masyarakat tradisional yang ter-

tutup

e. masyarakat modern yang terbuka

17. Mobilitas sosial kelompok atas lebih

dinamis dibandingkan mobilitas sosial

kelompok bawah, karena . . . .

a. mendapatkan prioritas dan peng-

harapan

b. mementingkan kelompok dan pri-

badinya

c. bersifat kekeluargaan dan informal

d. berpendidikan dan modern

e. memiliki kesempatan dan fasilitas

Latihan Ulangan Kenaikan Kelas

115

a. keturunan

b. usaha yang keras

c. gelar kesarjanaan

d. adanya cita-cita sedari kecil

e. dukungan dari keluarga

22.

M

obilitas sosial secara

v

ertikal maupun

hori

z

ontal dapat menimbulkan akibat

/

dampak yang bersifat positif maupun

negatif.

Salah satu contoh dampak positif dari

mobilitas sosial adalah . . . .

a. timbulnya kesenjangan sosial di

masyarakat

b. hilangnya sistem pelapisan sosial

yang bersifat tertutup

c. adanya pembatasan terhadap sese-

orang untuk naik ke strata sosial

yang lebih tinggi

d. tidak memberikan kebebasan sese-

orang untuk mobilitas vertikal

e. terjadinya konflik antarkelas sosial

23. Konflik antargenerasi pada umumnya

terjadi, karena adanya . . . .

a. sikap generasi muda yang tidak lagi

menghargai generasi tua

b. reaksi negatif generasi tua terhadap

generasi muda

c. pengaruh generasi muda terhadap

tata hubungan generasi tua

d. pergeseran nilai yang disepakati

dalam hubungan antara generasi

satu dengan generasi lain

e. generasi tua menganggap pola hidup

mereka adalah yang terbaik

24.

P

ak

D

idik adalah seorang kepala polisi.

I

a dikenal seorang polisi yang tegas tanpa

pandang bulu.

B

arang siapa melanggar

aturan dan telah terbukti bersalah

,

akan

mendapatkan hukuman yang setimpal

tanpa terkecuali.

T

etapi pada saat ia

sedang melakukan operasi narkoba

,

anak

semata wayangnya tertangkap karena

didapati membawa

1/2

gram putaw.

Dalam hal ini, sebagai seorang kepala

polisi dan ayah, Pak Didik mengalami

. . . .

a. konflik status

b. konflik peranan

c. konflik antargenerasi

d. tuntutan status

e. tuntutan peranan

18. Perhatikan contoh kasus berikut!

1) Seorang jaksa yang dicopot karena

kasus korupsi.

2) Seorang guru diangkat menjadi

kepala sekolah.

3) Seorang petani beralih profesi

menjadi nelayan.

4) Pengusaha kaya bangkrut karena

krisis ekonomi.

Berdasarkan contoh kasus di atas, yang

merupakan mobilitas sosial menurun

adalah . . . .

a. 1) dan 2)

d. 1) dan 4)

b. 1) dan 3)

e. 2) dan 4)

c. 2) dan 3)

19.

B

erkat keuletannya

,

D

ino berhasil dalam

usaha bisnisnya.

S

ekarang

D

ino men

j

adi

seorang direktur perusahaan tekstil.

Contoh kasus di atas menunjukkan

mobilitas . . . .

a.

social climbing

b.

social sinking

c.

closed social stratification

d. mobilitas sosial intergenerasi

e. mobilitas sosial antargenerasi

20. Pak Ahmad adalah seorang dokter. Dia

sangat dihormati di lingkungan rumah-

nya bukan hanya profesi tetapi bangunan

rumah yang mewah dan megah. Oleh

karena itulah, ia memperoleh keduduk-

an yang tinggi dalam masyarakat. Hal

yang menjadi ukuran pelapisan sosial

ini adalah . . . .

a. ilmu pengetahuan

b. kekayaan

c. kehormatan

d. kekuasaan

e. keturunan

21.

D

ito adalah anak orang miskin.

T

etapi

D

ito

mempunyai cita-cita yang tinggi

,

ia ingin

men

j

adi seorang dokter.

O

leh karena itu

,

ia ber

j

uang mati-matian untuk mendapat-

kan gelar kesar

j

anaan.

U

ntuk membiayai

kuliahnya ia harus beker

j

a pada malam

harinya

,

sekaligus bela

j

ar dengan keras.

Karena usahanya tersebut akhirnya

D

ito

berhasil men

j

adi dokter ternama di daerah-

nya.

Kasus di atas memberi gambaran bahwa

mobilitas sosial vertikal juga dapat

terjadi, karena . . . .

SOSIOLOGI Kelas XI

116

25. Konflik antarkelompok sosial berupa

adanya persaingan antarkelompok sosial

untuk memperebutkan kekuasaan dapat

terlihat dari kasus . . . .

a. sekelompok preman yang ditangkap

polisi karena merusak fasilitas

umum

b. Pak Anton berhasil meraih predikat

karyawan teladan pada tahun ini

c. karena mendapat beasiswa, Atik

seorang anak penjual bakso pindah

sekolah dari sekolah negeri ke

sekolah elite dan kehadirannya sulit

diterima siswa lain

d. setelah lulus SMA, Ani melanjutkan

pendidikan ke perguruan tinggi

negeri di luar kota

e. karena bencana alam, keluarga

Pak Darwis melakukan transmigrasi

26. Bangsa Indonesia biasa dikenal dengan

bangsa majemuk, artinya . . . .

a. terdiri atas beberapa unsur yang

merupakan kesatuan

b. mempunyai kebudayaan yang sama

c. masyarakatnya bersifat homogen

d. mempunyai perilaku yang sama

e. pola hidupnya sama

27. Berikut ini adalah masalah yang muncul

di masyarakat yang multikultural sebagai

akibat dari banyaknya jumlah suku

bangsa,

kecuali

. . . .

a. konflik antaretnis

b. pertentangan dengan hukum adat

c. seringnya terjadi disintegrasi sosial

d. terganggunya kerukunan hidup

masyarakat

e. masing-masing suku bangsa bisa

mengembangkan diri

28. Salah satu bentuk multikulturalisme

masyarakat adalah tata kelakuan yang

kekal dan turun-temurun sebagai sebuah

warisan yang biasa dikenal dengan . . . .

a. nilai

d.

kebiasaan

b. norma

e.

adat istiadat

c. kaidah

29. Kondisi masyarakat Indonesia yang

multikultural dan meliputi kebudayaan

Islam, Hindu, dan Buddha antara lain

disebabkan oleh adanya aktivitas . . . .

a. sosial

d. politik

b. budaya

e. kesenian

c. dagang

30. Golongan bangsa yang didasarkan atas

ciri-ciri fisik yang merupakan salah satu

unsur keanekaragaman suatu masya-

rakat biasa disebut dengan . . . .

a. ras

d. kasta

b. etnis

e.

marga

c. suku

31. Permasalahan yang mungkin muncul

sebagai akibat dari perbedaan agama

adalah . . . .

a. sering terjadi perayaan agama

b. terganggunya toleransi antarumat

c. semua agama mengajarkan kerukun-

an

d. umat bisa mempelajari agamanya

dengan bebas

e. akrabnya jalinan komunikasi antara

umat dan pemimpin agama

32. Ciri-ciri masyarakat yang multikultural

sebagai berikut,

kecuali

. . . .

a. pengakuan terhadap adanya per-

bedaan

b. perlakuan yang sama terhadap

beragam komunitas

c. ketiadaan penghargaan terhadap

hak-hak asasi manusia

d. kesederajatan kedudukan dalam

beragam keanekaragaman

e. adanya unsur kebersamaan dan

hidup berdampingan secara damai

dalam perbedaan

33. Multikulturalisme yang terjadi pada

masyarakat plural di mana kelompok-

kelompok yang ada menuntut pen-

ciptaan kultur kolektif adalah multi-

kulturalisme . . . .

a. otonomis

d. ak

omodatif

b. interaktif

e. kosmopolitan

c. isolasionis

34. Keanekaragaman di dalam masyarakat

bisa jadi merupakan kekuatan apabila

masing-masing elemen di dalamnya

. . . .

a. berdiri sendiri-sendiri

b. berusaha saling meniadakan

c. bersinergi dan berinteraksi secara

positif

d. saling mengembangkan diri tanpa

toleransi

e. menonjolkan potensi dan kekuatan

kebudayaannya sendiri

Latihan Ulangan Kenaikan Kelas

117

35. Meskipun hanya berbataskan sungai,

suku bangsa A terlibat konflik dengan

suku bangsa B. Penyebabnya adalah se-

orang warga suku bangsa A tertangkap

saat melanggar adat suku bangsa B. Ia

kemudian dijatuhi hukuman adat dan

memicu munculnya perselisihan.

Langkah pertama yang mestinya kita

ambil adalah . . . .

a. memanggil polisi untuk menangkap

pelaku

b. menyerahkan kepada aparat peng-

adilan untuk menindak

c. membiarkannya karena itu urusan

suku bangsa masing-masing

d. mengerahkan pasukan untuk men-

jaga keadaan agar tidak meluas

e. memfasilitasi kedua pihak agar

kembali pada mekanisme penye-

lesaian adat

36. Indonesia mempunyai keragaman dalam

hal kesatuan genealogis. Kesatuan

genealogis yang mempunyai kesatuan

tempat tinggal dan menunjukkan adanya

integrasi sosial serta kekerabatan yang

besar biasa disebut dengan . . . .

a. klan

d. marga

b. suku

e. konfederasi

c. etnis

37. Salah satu alternatif untuk mengatasi

masalah yang muncul sebagai akibat

keanekaragaman bangsa justru berawal

dari dalam diri kita sendiri. Kita harus

memandang bahwa pluralisme masya-

rakat itu sebagai satu kesatuan. Cara

pemikiran ini dikenal dengan istilah . . . .

a. nasionalisme Indonesia

b. wawasan Nusantara

c. persatuan Indonesia

d. integrasi Indonesia

e. ideologi nasional

38. Untuk membangun masyarakat yang

multikultural maka harus menghindari

sikap primordialisme yaitu . . . .

a. meremehkan kebudayaan lain

b. membeda-bedakan masyarakat lain

c. menganggap suku bangsanya paling

unggul

d. kecenderungan untuk memisahkan

diri dari masyarakat

e. menganggap bahwa di dunia ini

tidak ada suku bangsa yang berbudaya

39. Dalam pergaulan sehari-hari kita sering

membuat kesimpulan bahwa warga suku

bangsa A itu cenderung galak dan kasar

kata-katanya. Sifat semacam ini dalam

sosiologi disebut . . . .

a. stereotip

b. diskriminatif

c. eksklusivisme

d. etnosentrisme

e. primordialisme

40. Pengertian

tolerare

adalah seperti di

bawah ini,

kecuali . . . .

a. menahan diri

b. bersikap sabar

c. membiarkan perbedaan

d. berlapang dada terhadap keragaman

aliran

e. membiarkan setiap penyimpangan

yang terjadi

B.

Jawablah pertanyaan dengan tepat!

1. Sebutkan ciri-ciri mendasar dari

diferensiasi sosial!

2. Jelaskan hubungan antara struktur

sosial, diferensiasi sosial, dan stratifi-

kasi sosial!

3. Sebutkan macam-macam ras yang ada di

Indonesia!

4. Jelaskan mengapa perubahan sosial

mampu menyebabkan konflik sosial!

5. Jelaskan perbedaan antara kekerasan

individu dengan kolektif!

6. Berikan dua contoh konflik etnis yang

terjadi di Indonesia!

7. Apakah perbedaan antara konflik dengan

kekerasan?

8. Mengapa hanya dalam sistem lapisan

masyarakat terbuka saja seseorang dapat

melakukan mobilitas sosial?

9. Jelaskan maksud dari multikulturalisme

akomodatif!

10. Sebutkan masalah-masalah yang muncul

dari keanekaragaman masyarakat di

Indonesia!

SOSIOLOGI Kelas XI

118

Akomodasi

adalah penyesuaian manusia dalam kesatuan sosial untuk menghendaki dan

meredakan ketegangan dan konflik.

Anarkis

adalah tindakan kekacauan.

Ancaman

adalah sesuatu hal yang dapat merugikan, menyulitkan, menyusahkan, atau

melecehkan orang lain.

Disintegrasi

adalah keadaan tidak bersatu padu, keadaan terpecah belah, hilangnya keutuhan

atau persatuan.

Diskriminasi

adalah pembedaan perlakuan terhadap sesama warga negara berdasarkan warna

kulit, golongan, suku, ekonomi, agama.

Endogami

adalah prinsip perkawinan yang mengharuskan orang untuk mencari jodoh di

lingkungannya sendiri, misal di lingkungan kerabat, lingkungan kelas sosial.

Etnis

adalah bertalian dengan kelompok sosial dalam sistem sosial atau kebudayaan yang

mempunyai arti atau kedudukan tertentu karena keturunan adat, agama, bahasa, dan

sebagainya.

Etnosentrisme

adalah sikap atau pandangan yang berpangkal pada masyarakat dan kebudayaan

sendiri, biasanya disertai dengan sikap dan pandangan yang meremehkan masyarakat

dan budaya lain.

Ideologi

adalah kumpulan konsep bersistem yang dijadikan atas pendapat (kejadian) yang

memberikan arah dan tujuan untuk kelangsungan hidup.

Integrasi

adalah pembauran hingga menjadi kesatuan yang utuh atau bulat.

Irasional

adalah tidak berdasarkan akal (penalaran yang sehat).

Kasta

adalah golongan (tingkat atau derajat) manusia dalam masyarakat beragama Hindu.

Kebudayaan

adalah hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal batin) manusia seperti

kepercayaan, kesenian, dan adat istiadat.

Kekerabatan

adalah hubungan pertalian darah.

Kekerasan

adalah perbuatan seseorang atau kelompok orang yang menyebabkan cedera atau

matinya orang lain atau menyebabkan kerusakan barang orang lain.

Kekuasaan

adalah kemampuan atau kesanggupan untuk memerintah.

Kelembagaan

adalah segala sesuatu yang bersifat lembaga.

Kerukunan

adalah perihal hidup rukun.

Kolonialisme

adalah paham tentang penguasaan oleh suatu negara atas daerah atau bangsa lain

dengan maksud untuk memperluas negara itu.

Konflik

adalah percekcokan, perselisihan, pertentangan.

Konflik sosial

adalah pertentangan antaranggota masyarakat yang bersifat menyeluruh dalam

kehidupan.

Glosarium

119

Konsolidasi

adalah perbuatan memperteguh atau memperkuat hubungan.

Lembaga sosial

adalah badan yang bertujuan melakukan suatu usaha.

Majemuk

adalah terdiri atas beberapa bagian yang merupakan satu kesatuan.

Mediator

adalah perantara penyelesaian konflik atau pertikaian.

Monogami

adalah sistem yang hanya memperbolehkan seorang laki-laki mempunyai satu istri

pada jangka waktu tertentu.

Multikulturalisme

adalah suatu masyarakat yang ditandai oleh kebiasaan menggunakan lebih

dari satu kebudayaan.

Nasionalisme

adalah paham untuk mencintai bangsa dan negara sendiri.

Otoritas

adalah kekuasaan yang sah yang diberikan kepada lembaga di masyarakat yang

memungkinkan para pejabatnya menjalankan fungsinya.

Pancasila

adalah dasar negara serta falsafah bangsa dan negara Republik Indonesia yang terdiri

atas lima sila.

Paradigma

adalah kerangka berpikir, cara pandang.

Pertikaian

adalah perselisihan, perbedaan, pertentangan, percekcokan.

Pluralisme

adalah keadaan masyarakat yang majemuk (bersangkutan dengan sistem sosial dan

politiknya).

Poligami

adalah sistem perkawinan yang salah satu pihak memiliki atau mengawini beberapa

lawan jenisnya dalam waktu yang bersamaan.

Primordialisme

adalah perasaan kesukuan yang berlebihan.

Religi

adalah kepercayaan kepada Tuhan, kepercayaan akan adanya kekuatan adikodrati di atas

manusia.

Separatisme

adalah paham atau gerakan untuk memisahkan diri (mendirikan negara sendiri).

Sosiobudaya

adalah berkenaan dengan segi sosial dan budaya.

Stereotip

adalah konsepsi mengenai sifat suatu golongan berdasarkan prasangka yang subjektif

dan tidak tetap.

Stratifikasi sosial

pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat

atas dasar kekuasaan, hak-hak istimewa, dan prestise.

Suku bangsa

adalah kesatuan sosial yang dapat dibedakan dari kesatuan sosial lain berdasarkan

kesadaran akan identitas perbedaan kebudayaan, khususnya bahasa.

Tekanan

adalah adanya kekuatan yang menekan, paksaan.

Toleransi

adalah bersikap menghargai, membiarkan, memperbolehkan pendirian, pendapat,

pandangan, kepercayaan yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian sendiri.

Tradisi

adalah adat kebiasaan yang turun-temurun dari nenek moyang yang masih ada di dalam

masyarakat.

Wewenang

adalah hak dan kekuasaan yang dipunyai untuk melakukan sesuatu.

SOSIOLOGI Kelas XI

120

A

A.L. Kroeber, 6

African, 6

Ainu, 7

Alpine, 6

American Mongoloid, 6

Aristoteles, 11

Asiatic Mongoloid, 6

Australoid, 6, 31

B

Bhinneka Tunggal Ika, 82, 88

Brahmana, 15, 16

Buddha, 9

C

C.W. Watson, 77

Ciri fenotipe, 6

filogenetik, 6

kualitatif, 6

kuantitatif, 6

Closed social stratification, 3, 15, 54

D

Detente, 29, 40

Diferensiasi agama, 8, 9

asal daerah, 10

clan, 8

jenis kelamin, 10

profesi, 9, 10

ras, 6

sosial, 3, 4, 5, 6, 9, 11, 20, 21

suku bangsa, 7

E

Elite, 18, 106

Emosi keagamaan, 9

Entitas sosial, 77

Etnosentrisme, 20, 78

G

Gerak sosial, 53, 54, 55, 56, 59

Golongan kuli gandok, 19

mondok emplok, 19

priayi, 19

rangkepan, 19

sinoman, 19

wong baku, 19

wong cilik, 19

H

Hendropuspito, 4, 12

Hindu, 9, 83, 88, 97, 98, 99, 102

Homo homini lupus, 43

Howard Becker, 34

I

Interaksi disosiatif, 29, 37

Islam, 9, 19, 32, 83, 86, 87, 88, 97, 98, 99, 100,

101, 102, 103

J

J.J. Rousseau, 43

K

Katolik, 9, 98, 100, 102, 103, 104

Kaukasoid, 6, 7, 31

Keanekaragaman ras, 77, 83

Kedudukan sosial, 18, 55, 57, 58, 60, 64, 66

Kekerasan fisik, 38, 42

individual, 42

kolektif, 42

psikologis, 42

struktural, 42

Kelas sosial atas, 17,31

bawah, 17

menengah, 17

Kelompok sosial, 4, 16, 22, 53, 54, 65, 66

Kesatria, 16

Konflik antarkelas sosial, 31, 32, 33, 40, 53,

64, 65

horizontal, 31, 97, 105, 106

internasional, 32, 33

pribadi, 31, 32, 33

vertikal, 31, 36, 97, 105

Konghucu, 9, 98

Konsiliasi, 29, 39

Kristen, 9, 32, 33, 99, 100, 102, 103, 104

Indeks

121

L

Lapisan sosial, 11, 12, 14, 16, 20, 54, 55,

56, 60

Lembaga sosial, 4

Leopold von Wiese, 34

Lower class, 60

M

Malayan Mongoloid, 6

Mediasi, 29, 39

Mediator, 39

Mediteranian, 6

Melanesian, 6

Melayu muda, 7

tua, 7

Middle class, 60

Mobilitas antargenerasi, 53

sosial, 15, 51, 52, 53, 54, 55, 56, 57, 58, 59,

60, 61, 62, 63, 64, 65, 66

vertikal, 15, 53, 55, 69

Mongoloid, 6, 7, 31

Multiculturalism, 77

Multikultural, 75, 76, 77, 78, 79, 80, 81, 82,

84, 85, 89, 95, 96, 97, 98, 109

Multikulturalisme, 77, 79, 80, 81, 82, 84

Multikulturalisme akomodatif, 81

kosmopolitan, 81

kritikal, 81

N

Negrito, 6, 7

Negroid, 6, 7, 31

Nordic, 6, 7

O

Open social stratification, 54

P

Parsudi Suparlan, 80

Perbedaan kebudayaan, 29, 34, 82, 91

kepentingan, 29, 32, 34, 35, 106

Perpindahan sosial, 53

Perwasitan, 39

Pola kebudayaan, 35

Politik universalisme, 80

Polynesia, 7

Primordialisme, 20, 21, 78, 84

Profesional, 18

R

Ralp Dahrendrof, 40, 41

S

Selo Soemardjan, 12

Semiprofesional, 18

Sentimen etnis, 78

Sistem hukum, 43, 44, 99

kasta, 15, 16

kekerabatan, 8, 99

keyakinan, 9

perkawinan, 99

Social climbing, 55

sinking, 55

Soelaiman Soemardi, 12

Soerjono Soekanto, 3, 30, 31, 36

Stratifikasi campuran, 15

sosial, 1, 3, 4, 11, 12, 13, 15, 17, 18, 19, 20,

21, 54

Struktur budaya, 77, 78, 79, 80, 85, 97, 106

masyarakat, 20

pemerintahan, 105

sosial, 1, 2, 3, 4, 20, 22, 51, 53, 59, 60, 61,

62

T

Tenaga terampil, 18

tidak terdidik, 18

Thomas Hobbes, 42, 43

U

Ukuran kehormatan, 15, 59

kekayaan, 14, 15, 59

kekuasaan, 14

keturunan, 14

Umat, 9, 63

Upacara keagamaan, 9

V

Veddoid, 7

W

Waisya, 16

SOSIOLOGI Kelas XI

122

Abdulsyani, 1992,

Sosiologi: Skematika Teori dan Terapan

, Jakarta, Bumi Aksara.

Andrian, Charles F, 1992,

Kehidupan Politik dan Perubahan Sosial

, Yogyakarta, Tiara, Wacana.

Badan Standar Nasional pendidikan, 2006,

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata

Pelajaran Sosiologi untuk SMA/MA

.

Da Ratto, Anis, 1987,

Ringkasan Sosiologi Antropologi

, Yogyakarta, Mitra Gama Widya.

Fox, James, 2002,

Indonesian Heritage: Agama dan Upacara

, Jakarta, Buku Antarbangsa.

Hendropuspito, 1989,

Sosiologi Sistematik

, Yogyakarta, Kanisius.

Herdiyanto C, Arief,

Modul Sosiologi: Stratifikasi Sosial dan Diferensiasi Sosial

.

id.wikipedia.org

Koentjaraningrat, 1987,

Pengantar Ilmu Antropologi

, Jakarta, Rineka Cipta.

Nasikun, 1984,

Sistem Sosial Indonesia

, Jakarta, Raja Grafindo Persada.

Polak, J.B.A.F. Mayor, 1979,

Sosiologi suatu Pengantar Ringkas

, Jakarta, Ichtiar Baru.

Republika, 24 Januari 1999

Rijoatmojo, Suharto, 1957,

Ethnologie

, Prapancha, Yogyakarta.

Ritzer, George, 2003,

Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda

, Jakarta, Rajawali.

Sanderson, Stephen K., 1995,

Sosiologi Makro: Sebuah Pendekatan terhadap Realita Sosial, Edisi

Kedua

, Jakarta, Rajawali Press.

Shadily, Hassan, 1993,

Sosiologi untuk Masyarakat Indonesia

, Jakarta, Rineka Cipta.

Soekanto, Soerjono, 1987,

Sosiologi suatu Pengantar

, Jakarta, Rajawali Press.

Soemardjan, Selo dan Soeleman Soemardi, 1974,

Setangkai Bunga Sosiologi

, Jakarta, Lembaga

Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Soleman B, Tanako, 1993,

Struktur dan Proses Sosial

. Jakarta, Rajawali.

Suprapto, Nata, 1981,

Pengantar Sosiologi

, Yogyakarta, Multi Aksara.

Susanto, Astrid, 1985,

Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial

, Bandung, Bina Cipta.

Tempo Edisi 17–23 September 2001

www.Artikel.us, Multikulturalisme dan Pendidikan Multikultural.

www.balitbangham.go.rd, Analisa penyebab Terjadinya Konflik Horizontal di Kalimantan Barat.

www.forum-rektor.org

www.ireyoga.org, Modul Masyarakat Adat.

www.mission-indonesia.org

www.waspada.co.id, Multikulturalisme dan Agenda Kemanusiaan.

www.sripps.ohiou.edu

SOSIOLOGI Kelas XI

122